top of page

Partisipasi PPIF pada Simposium Internasional Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia ke-10

Updated: Dec 25, 2018

Simposium Internasional 2018 (Selanjutnya, SI 2018) berlangsung selama 5 (lima) hari, yaitu 23-27 Juli 2018. Delegasi PPIF tiba di Moskow pada hari Minggu, 22 Juli 2018, dan menginap di Hostel Makarov, Moskow, bersama-sama dengan delegasi PPI negara lainnya.


Hari pertama SI 2018 diisi dengan pembukaan rangkaian kegiatan. Dalam kesempatan ini, hadir Duta Besar LBBP RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarusia, H. E. Mohamad Wahid Supriyadi, beserta para pembicara kunci dan perwakilan dari tuan rumah. Dalam sambutannya, Bapak Duta Besar menyatakan dukungannya kepada Panitia SI 2018, dan berharap agar SI 2018 dapat berlangsung dengan baik dan menghasilkan rekomendasi bagi Indonesia yang lebih baik.


Acara selanjutnya adalah pemaparan pembicara kunci, yaitu Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Bapak Jenderal (Pol) Muhammad Tito Karnavian, Ph.D. Dalam pidatonya, Bapak Kapolri menyampaikan harapannya agar pada 2045 nanti, Indonesia menjadi pemain yang dominan dalam percaturan politik dunia. Bapak Kapolri mengingatkan bahwa kebersatuan Indonesia selama 72 tahun bukan terjadi begitu saja, melainkan hasil dari kerja keras yang menghasilkan prestasi yang tidak mampu dicapai negara-negara lain, termasuk Uni Sovyet dan Yugoslavia, yang harus mengalami perpecahan di masing-masing negaranya. Namun demikian, potensi perpecahan di Indonesia sangat tinggi, mengingat komposisi penduduknya yang multi etnis dan agama. Semakin beragam suatu bangsa, semakin tinggi potensi konflik dan perpecahan.


Potensi perpecahan semakin tinggi dengan makin kompleksnya isu kesejahteraan di Indonesia. Rakyat memiliki hak untuk hidup sejahtera, dan negara wajib memenuhi hak itu. Faktanya, banyak warga negara yang belum memperoleh pendidikan, padahal sumber daya manusia merupakan kekayaan utama bangsa, dan bukan sumber daya alam. Besarnya jurang kesejahteraan antar kelas-kelas di masyarakat dapat menyebabkan kontrak sosial menjadi putus. Selain isu dalam negeri, isu-isu di tingkat internasional juga dapat memicu konflik dan perpecahan, antara lain keinginan negara-negara adidaya untuk membentuk pemerintahan dunia. Padahal, yang ada di dunia adalah nation state. Keadaan ini dibentuk untuk melanggengkan kompetisi ekonomi antar negara.


Untuk mencegah konflik dan perpecahan, Indonesia harus meningkatkan kemampuan produksinya agar dapat menjadi pemain dominan dalam kompetisi ekonomi antar negara. Dalam meningkatkan kemampuan produksi tersebut, Indonesia harus menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi di atas 5% (lima persen), dan menjaga stabilitas politik dan keamanan. Hal terakhir mendapat tantangan besar dalam perhelatan pemilihan kepala daerah langsung, yang belum pernah mengalami evaluasi. Polisi mendapat tantangan besar untuk mencegah timbulnya konflik yang menjadi ekses dari pilkada langsung. Dalam hal demikian, pemuda harus menjadi mesin pendingin yang mampu meredam kondisi sosial yang memanas.


Di akhir pidatonya, Bapak Kapolri mengingatkan bahwa terobosan-terobosan perlu dilakukan oleh para pemuda, untuk menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa. Khusus untuk PPI, PPI harus mampu mengoptimalkan kemampuan intelektual para anggotanya. Mahasiswa yang kuliah di luar negeri memiliki keunggulan yaitu selain mendapatkan knowledge, juga mendapatkan culture dan network. Ketiga hal ini menjadi instrumen dalam mengoptimalkan peran pemuda Indonesia.


Setelah pemaparan pembicara kunci, sesi simposium dilanjutkan dengan pemaparan sesi-sesi secara berturut-turut oleh Ibu Djaleswari, Deputi V Kantor Staf Kepresidenan; Bapak Dino Pati Djalal selaku Ketua Asosiasi Dosen Indonesia, dan beberapa pembicara lainnya. SI 2018 juga mengangkat topik khusus mengenai fenomena stunting dan phubbing. Keduanya merupakan hambatan biologis dan psikis yang dapat mempengaruhi realisasi peran pemuda Indonesia dalam menyambut bonus demografi tahun 2045, dan oleh karenanya perlu diantisipasi dengan baik.


Selain sesi-sesi diskusi dan pemaparan oleh pembicara utama yang hadir di Moskow, SI 2018 juga menghadirkan sesi-sesi inspiratif yang disampaikan oleh Vice President Bukalapak.com, dan Gubernur DKI Jakarta, Bapak Anies Baswedan. Kedua sesi ini dilakukan secara online melalui sambunga Skype Video Call dari Moskow ke Jakarta.


Selain agenda simposium, SI 2018 juga mengagendakan sidang internal PPI Dunia. Agenda sidang internal PPI Dunia meliputi antara lain pengesahan tata tertib, pengesahan Amandemen AD/ART PPI Dunia, Pemilihan Koordinator PPI Dunia 2018/2019, dan Pemilihan Tuan Rumah Simposium Internasional 2019. Koordinator PPI Dunia 2018/2019 terpilih adalah Saudara Fadjar Mulia dari Permitha Thailand, sedangkan Tuan Rumah SI 2019 adalah Malaysia. Sidang internal PPI Dunia juga mengesahkan hasil-hasil sidang komisi-komisi PPI Dunia, yang akan menjadi landasan pergerakan PPI Dunia selama satu tahun ke depan. Pada kesempatan sidang komisi, delegasi PPI Finlandia tergabung dalam Komisi Ekonomi.


Kegiatan SI 2018 ditutup dengan pagelaran malam seni dan kebudayaan, yang menampilkan keterampilan seni dan budaya dari para anggota panitia dan delegasi. Malam seni dan kebudayaan juga diisi dengan penyampaian pemenang PPI Dunia Awards dari berbagai kategori. Delegasi PPIF kembali ke Helsinki pada hari Jumat, 27 Juli 2018, seiring dengan berakhirnya agenda SI 2018. Bagi PPIF, SI 2018 merupakan pengalaman berharga dalam menjalankan roda organisasi PPIF.




20 views0 comments
bottom of page