Peduli Sampah Nasional: Begini Cara Anak Muda Indonesia di Helsinki Saat Kumpul Bersama
Updated: Feb 24, 2020
Penulis: Syir A. Amanati

Menggunakan gelas kesayangan saat kumpul
Foto oleh: Deden Fathurrahman
Siapa yang tidak suka kumpul bersama untuk silaturahmi, berbagi obrolan, keseruan dan pastinya melahap makanan dan minuman kesukaan diiringi dengan kemeriahan, gemerlap serta beraneka canda-tawa bersama teman-teman dengan berbagai kesamaan.
Kumpul bersama dapat terjadi dalam secara meriah seperti tahun baru ataupun sederhana seperti arisan, syukuran dan selamatan. Dapat dilakukan oleh berbagai kalangan misalnya dengan kerabat, rekan satu hobi atau rekan bisnis hingga komunitas. Dapat pula dilakukan dalam momentum khusus seperti seperti saat tahun baru atau perayaan tanggal istimewa, Namun di balik kemeriahan dan kebahagiaan kumpul bersama ada hal-hal yang sering tidak kita sadari. Kumpul bersama untuk suatu kegiatan cenderung dekat dengan pemborosan sumber daya khususnya meninggalkan sisa atau apa yang kita sering sebut dengan kata "sampah".
Pada saat tahun baru yang diadakan di kota Helsinki, meski telah dikondisikan dengan berbagai macam tempat sampah terpilah, masih ada saja yang meletakkan sampah sembarangan. Sehingga tidak jarang orang-orang yang memanfaatkan kesempatan itu untuk memungguti sampah yang dapat dijual. Sementara di Ibu Kota Jakarta, dalam rangka perayaan tahun baru tahun 2020, terkumpul sampah dengan volume mencapai 125 ton (DLH DKI Jakarta) atau setara dengan 16 kali candi Borobudur.
Volume sampah tersebut tidak dapat dikatakan main-main mengingat tragedi Leuwigajah yang pernah Indonesia alami 15 tahun silam yang merupakan tragedi terparah kedua di dunia pada 21 Februari akibat tumpukan sampah yang longsor hi9ngga menimbulkan korban lebih dari 141 orang meninggal dunia (Greeneration Indonesia). Hingga setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional oleh Pemerintah Indonesia.
Maka menyedihkan sekali jika kita bahagia untuk kumpul dalam waktu yang singkat, kemudian meninggalkan sampah yang berbahaya bagi kesehatan, lingkungan dan masa depan sumber daya kita dan keturunan kita semua dalam waktu yang berkepanjangan.
Menyadari hal itu, berikut cara beberapa anak muda Indonesia di Helsinki dengan berbagai macam latar belakang saat kumpul bersama salah satunya dalam rangka "house warming" berikut ini!
1. Sebelum Kumpul
a. Mendata jumlah pengunjung yang akan datang
Tuan rumah atau panitia dan peserta perlu memastikan pilihan menu makanan dari pembukaan, hidangan utama serta penutup. Termasuk alergi, ketidaksukaan akan rasa dan bumbu tertentu bagi para tamu yang akan hadir. Jika tamu sedikit dapat kita tanyakan satu persatu, namun jika banyak undangan maka dapat menggunakan sistem konfirmasi kehadiran dengan kontak khusus.
Hal ini, bertujuan untuk memperoleh gambaran seberapa banyak masakan yang diperlukan dan diolah sehingga dapat mengurangi food waste atau makanan berlebih. Makanan berlebih yang dibuang begitu saja dapat menjadi penyebab pemanasan global.
b. Mendiskusikan kebutuhan perlengkapan dan perabotan acara
Menanyakan siapa yang dapat berkontribusi untuk menggunakan perlengkapan, perabotan ataupun bumbu makanan yang masih ada untuk menghindari pembelian bahan baku dan perlengkapan baru yang jarang digunakan serta memperpanjang nilai guna suatu barang.
c. Memilih produk yang memiliki sertifikasi atau label yang mendukung sustainability,
Pertimbangan ini dilakukan dengan melihat berbagai informasi pada suatu produk mulai dari sumber produksi, tenaga kerja, serta cara pengelolaan setelah digunakan. Misalnya jika harus membeli perlengkapan makan sekali pakai, sumber bahan bakunya yang dipilih adalah yang berasal dari tumbuhan dan juga dapat dijadikan kompos seperti dari tebu atau jika dibandingkan dengan di Indonesia ada daun pisang.
d. Membeli lebih mahal untuk dipakai berulang kali daripada murah untuk sekali pakai.
Pada dasarnya, jika kita menghitung konsekuensi lingkungan, sosial hingga kesehatan akan lebih mahal jika kita tidak bijak dalam menggunakan produk sekali pakai.
e. Pastikan membawa perlengkapan makan kesukaan masing-masing
Selain lebih higienis, perlengkapan makan, minum yang kita bawa memiliki cerita tersendiri dan makin membuat momen kumpul semakin seru
f. Menyediakan perlengkapan penunjang
Perlengkapan penunjang misalnya wadah pemilahan sampah, alat untuk mencuci perlengkapan makan dan acara.
2. Saat Kumpul
a. Memasak sesuai porsi serta hitungan yang tidak berlebihan agar masih bisa dibawa pulang
Memastikan agar memasak sesuai dengan data pada konfirmasi kehadiran yang terbaru.
b. Memasak dengan rasa yang disesuaikan dengan pilihan pengunjung sebelum acara
Misalnya tamu undangan ada yang menyukai pedas atau tidak pedas, maka dapat dilakukan dengan membuat satu menu yang sama dengan dua tingkat kepedasan yang berbeda dengan memisahkan alat saji, atau dengan memasak satu menu yang sama namun memisahkan cabai.
c. Menyampaikan aturan saat kumpul
Dalam sambutannya, tuan rumah dapat menyampaikan sepatah dua patah kata terkait dengan lokasi tempat pemilahan, himbauan menggunakan alat sendiri, alternatif jika ada peserta yang tidak siap membawa, serta menyampaikan pentingnya penyelenggaaraan kegiatan yang minim sampah.
d. Menyajikan bahan makanan atau bumbu tertentu dengan tempat makan yang berbeda,
Memisahkan bumbu atau sayuran dengan wadah tertentu sehingga pengunjung dapat memilih sesuai dengan selera masing-masing mengingat beberapa pengunjung yang tidak menyukai bumbu atau sayuran tertentu seperti cabai iris, bawang goreng, limau dan daun taburan
c. Saling mengingatkan ketika ada yang tergoda untuk menggunakan produk sekali pakai
Ketika di tengah acara kita tiba-tiba merasa kepedasan atau kehausan dan ingin buru-buru menyelesaikannya, saling mengingatkan untuk tidak menggunakan perlengkapan sekali pakai dapat mengalihkan rasa pedas atau haus karena rasa bangga dikelilingi teman-teman yang peduli lingkungan
d. Menyajikan secara prasmanan alias buffet
Sehingga setiap orang dapat mengambil sesuai dengan pilihan masing-masing, tanpap perlu merasa bersalah karena sudah dituangkan oleh tuan rumah padahal telah kenyang ataupun tidak suka dengan menu yang dihidangkan
e. Mengambil secukupnya dan Menghabiskan makanan yang diambil
Jika kita baru pertama kali mencoba suatu menu, sebaiknya diambil sedikit lalu dicoba sehingga jika tidak suka dengan menu yang dihidangkan, tidak ada makanan yang perlu dibuang. Mengambil kembali atau "nambah" porsi itu lebih terhormat daripada menyia-nyiakan sumber daya.
f. Memilah sampah sisa kumpul sesuai dengan kategorinya
Misalnya sampah sisa makanan yang telah dimasak dipisahkan dengan bahan makanan mentah, lalu dipisahkan buka dengan sampah kemasan bahan makanan ataupun perlengkapan lain jika memang ada yang telah digunakan dan sudah benar-benar tidak dapat digunakan kembali.
3. Setelah Kumpul
a. Membungkus makanan dengan tempat makan dan tas guna ulang

Untuk membungkus kita dapat menggunakan tempat makan yang kita gunakan sebelumnya, atau jika amat lupa membawa dan ingin membungkus makanan maka dapat meminjam atau menggunakan yang dimiliki oleh tuan rumah.
Foto:
koleksi pribadi Syir saat kumpul
b. Membuat kompos dari sisa bahan makanan mentah
Jika terdapat sampah yang tercampur bahkan residu atau sampah yang tidak bisa dikelola, maka selemah-lemahnya peduli sampah saat kumpul yakni dengan meletakkan secara terpilah. Tuan rumah harus membawanya hingga ke penampungan sementara. Hal ini agar mendorong aspek peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah yang lebih baik.
Nah, begitulah cara anak-anak muda Indonesia di Helsinki untuk Peduli Sampah saat kumpul bersama. Inisiatif dan semangat seperti ini perlu dipercepat dan didukung agar semakin banyak yang melakukannya bahkan dengan standar kumpul-kumpul yang lebih baik. Salah satunya dengan menerapkan dilingkungan terdekat kita saat berkumpul dan mendukung aspirasi publik penegakkan hukum persampahan ini
bit.ly/AspirasiBebasSampah.
Semoga kumpul-kumpul kita selanjutnya semakin seru, bermanfaat dan berkelanjutan ya!
Ps. Salam hangat dari Helsinki yang "malu-malu" bersalju di musim dingin karena pemanasan global ini.

Foto oleh: Deden Fathurrahman