top of page
  • Writer's picturePPI Finlandia

Buku tentang "bersahabat" dengan masalah dan kekurangan

HARI BUKU NASIONAL Indonesia 2020

Kolaborasi Diaspora Indonesia Finland-Estonia (DIFE) dan Perkumpulan Pelajar Indonesia Finlandia (PPIF)


Ulasan Buku #4 oleh Yunita Firmaningsih-Kolu


Saat ini Yunita sedang membaca buku dengan judul, “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat: Pendekatan yang waras demi menjalani hidup yang baik” atau Bahasa Inggrisnya The Subtle Art of Not Giving A F*ck: A counterintuitive approach to living a good life, karya Mark Manson. Judulnya catchy sekali dan relevan dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini menarik karena isinya mengenai ‘seni’ untuk bersikap masa bodoh - bukan acuh tak acuh, melainkan masa bodoh kepada rintangan kehidupan dan komentar orang sekitar. Ditambah, buku ini mengajak kita untuk mengerti batasan-batasan diri dan seyogyanya, menerimanya. Kita perlu menelaah ketakutan dan kelemahan dari diri sendiri, mengenalinya dan bersahabat karib dengan mereka. Inilah sumber kekuatan yang paling hakiki bagi seorang Yunita.


Selanjutnya, pada buku ini, Manson mengemukakan teori filsuf Alan Watts tentang “Hukum Kebalikan” yaitu: bersikap masa bodoh sesungguhnya menghasilkan sesuatu yang amat besar. Jadi mengejar hal yang positif akan berujung pada hal negatif, dan sebaliknya, mengejar hal yang negatif akan menghasilkan hal yang positif. Apa maksudnya? Hal positif adalah kenyamanan dan kenikmatan, sementara hal negatif adalah segala hal yang butuh upaya keras. Contohnya, kita capek-capek berolahraga dan susah-payah memililih makanan bergizi akan berbuah menjadi kesehatan. Sementara kalau kita larut dalam kenyamanan, hidup kita kelak penuh kesusahan.


Apa kaitannya dengan keburukan/kekurangan dalam diri? Buku tersebut mengajarkan, rasa sakit ketika bersikap terbuka, menyadari kesalahan, tidak gengsi-an dan berlaku jujur akan menghasilkan rasa percaya dan hormat dalam hubungan kita dengan orang lain. Yang perlu diingat bahwa usaha menghindari rasa sakit sama halnya dengan terus-menerus berurusan dengan rasa sakit itu sendiri, ibarat terus bertahan dalam kubangan kotor. Kebalikannya, jika kita tidak peduli alias bersikap bodo amat dengan rasa sakit dan malu, kita akan maju.


Salah satu kutipan dari buku ini yang paling disukai Yunita adalah,”kebahagiaan yang sejati akan terwujud hanya jika ketika Anda menemukan masalah, Anda menikmatinya dan menikmati proses pemecahannya.” Sebab, siapa sih yang hidup tanda ada masalah? Masalah tidak pernah berhenti, malah mungkin akan terus bertambah. Jadi untuk apa dihindari? kenapa disangkal? Sebagai tambahan, selama proses, hindari menyalahkan orang lain atas masalah yang dihadapi dan tidak merasa lebih baik dari orang lain. Kira-kira begitu, “mau pinjam buku ini untuk dibaca lebih lanjut? Boleh aja!”, tutup Yunita sambil tersenyum.


384 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page